Jet Lag dan Tips Memilih Penerbangan Indonesia-Eropa

Jet Lag dan Tips Memilih Penerbangan Indonesia-Eropa

Jet lag perjalanan Indonesia-Eropa seringkali menjadi pertanyaan di benak saya. Apa sih jet lag dan apa efeknya terhadap perjalanan kita? Apa jet lag bisa mengganggu aktivitas saya di negara tujuan? Bagaimana cara memilih jam penerbangan dari Indonesia ke Eropa?

Tergantung dari musimnya, Indonesia memiliki perbedaan waktu dengan Eropa sekitar 5-6 jam. Saat musim semi dan panas, perbedaan waktunya adalah 5 jam, sedangkan saat musim gugur dan dingin memiliki beda waktu 6 jam.

Walaupun tidak separah Indonesia dengan USA, perbedaan waktu 5-6 jam tetap bisa menyebabkan jet lag bagi kita. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan waktu kita dengan sebaik-baiknya saat sampai di Eropa, kita perlu mengetahui dampak jet lag dan cara menyiasatinya.

Apa itu Jet Lag?

Kalau menurut buku “Why We Sleep” yang ditulis oleh Matthew Walker, jet lag terjadi karena tubuh kita memiliki circadian rhythm atau simpelnya jam biologis. Jam biologis mengatur kapan kita akan mengantuk dan butuh tidur untuk mengistirahatkan tubuh.

Pada saat kita melakukan perjalanan jauh, tubuh kita yang terbiasa bangun dan tidur di waktu tertentu, harus menyesuaikan dengan waktu di tempat tujuan.

Untuk jet lag Indonesia-Eropa, misalnya, biasanya kita tidur jam 10 malam di Jakarta. Pada saat kita di Eropa, jam 9 pagi mungkin kita akan mengantuk karena jam biologis kita yang mengikuti Indonesia masih jam 3 dini hari. Sebaliknya, ketika kita di Eropa jam 11 malam, seharusnya kita tidur, bisa jadi kita masih bugar dan kita tidak mengantuk karena di Indonesia masih jam 5 sore.

Memilih Jam Penerbangan ketika Traveling

Ketika melakukan perjalanan (traveling), saya sering ingin menyiasati waktu penerbangan. Kalau pergi, sampai di tempat tujuan kalau bisa pagi atau siang, supaya benar-benar bisa memanfaatkan waktu untuk berpetualang dan hari tidak dihabiskan di perjalanan. Begitu juga untuk pulang, lebih baik penerbangan malam karena masih ada waktu satu hari untuk beraktivitas sebelum pulang.

Pada saat pergi ke Eropa, saya juga dihadapkan dengan beberapa pilihan jam penerbangan. Ada pilihan untuk sampai di Eropa pagi atau malam.

Dengan strategi saya yang biasa, saya waktu itu berpikir lebih baik sampai di Eropa pagi-pagi. Jadi, nanti bisa langsung berkeliling di kota dan tidak menghabiskan hari pertama dengan tidur saja. β€œLagian perbedaannya juga ga terlalu parah kayak USA, harusnya bisa langsung menyesuaikan lah ya,” pikir saya.

Efek Jet Lag: Benarkah 6 jam perbedaan waktu tidak memberi efek?

Setelah mengobrol dengan salah satu teman saya yang sudah pernah pergi ke Inggris, saya mendapat pencerahan. Kebetulan, penerbangan teman saya tersebut mendarat di Inggris pagi-pagi. Seperti yang saya bayangkan, teman saya tersebut langsung beraktivitas dan berkeliling kota hari itu.

Ternyata, teman saya, yang memang sudah biasa solo traveling dan beraktivitas tinggi saat traveling, tubuhnya tetap memerlukan penyesuaian. Pada saat berkeliling, teman saya bilang dia mengalami mual dan kecapekan, padahal aktivitasnya tidak terlalu berat karena masih hari pertama. Pada saat malamnya istirahat, besoknya teman saya sudah sehat kembali.

Tampaknya karena penerbangan yang panjang dan perbedaan waktu yang cukup besar, jika dibandingkan negara Asia, tubuh kita memerlukan istirahat terlebih dahulu untuk kita bisa benar-benar beraktivitas. Dengan bekal obrolan ini, akhirnya kami memutuskan untuk memilih penerbangan pagi dengan waktu tiba di Eropa malam hari.

Jadi, mana yang lebih baik? Tiba di Eropa pagi hari, atau malam hari?

Tiba di Eropa malam hari ternyata pilihan yang sangat tepat. Kami tiba di penginapan kami di Paris sekitar jam 11 malam. Kami memang tidak mengantuk, apalagi karena sudah tidur di pesawat. Akan tetapi, setelah sedikit unpacking, jam 1 dini hari kami memaksakan diri untuk tidur.

Baca lebih lanjut pengalaman saya di Paris

Kami bangun jam 5.30 pagi, bahkan sebelum alarm berbunyi. Tampaknya tubuh kami sudah kenyang tidur. Karena kami ke Eropa bulan Oktober, sudah memasuki musim gugur, jadwal Subuh di Paris adalah jam 6.30. Cukup lucu kami bisa solat Tahajjud jam 6 pagi. Kalau jam 6 pagi di Indonesia, untuk solat Subuh saja sudah terlambat hahaha

Selama 12 hari di Eropa, kami sama sekali tidak merasakan jet lag. Mungkin sebenarnya merasakan, tetapi efeknya hanya membuat kami bangun lebih pagi. Walaupun dengan aktivitas padat hingga jam 10 atau 11 malam, kami tetap bisa terbangun dengan segar maksimal jam 7 pagi, yang mana matahari bahkan belum terbit di sana. Hal ini menurut kami justru menguntungkan.

Saat memilih waktu penerbangan ke Eropa, disarankan memilih penerbangan yang tiba di malam hari untuk menghindari jet lag Indonesia-Eropa. Tubuh kita bisa istirahat dulu agar bisa lebih fit saat beraktivitas dan bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya di negara tujuan.

Putri Dwi Lestari

45 thoughts on “Jet Lag dan Tips Memilih Penerbangan Indonesia-Eropa

  1. IYa nih sering terdengar kata2 jet lag, manggut2 bacanya. Soalnya belom pernah traveling ke tempat lintas benua, masih sekitaran asia aja.
    Tapi kadang berasa juga, penyesuaian ditempat yang baru apalagi saat menginjakkan di bandara dengan cuaca dan alam yang beloh familiar rasanya bengong trus ngehang.

  2. Menurut ku lebih enak tiba di negara tujuan pada pagi hari ya supaya bisa tetap berkegitan jadi pilih waktu terbang dari Indonesianya yang diusahakan gimana cara sampai negara tujuan pagi hehehe

  3. Jetlag tak bisa dihindarkan jika perjalanan long journey. Tak bisa memilih penerbangan yang tiba di malam hari karena justru yang dipilih flight direct tanpa harus transit terlalu lama, jadi harus tiba di pagi hari.

    1. betul mba, tergantung ketersediaan penerbangannya jugaa, juga harga. Kalau harga tiket yg murah ga ada pilihan sampai malam hari mau tidak mau hari menyesuaikan

  4. wah jadi pelajaran baru nih. aku belum pernah ke eropa. mungkin nanti suatu saat kalau kesana bisa milih penerbangan yang sampai di malam hari ya biar badan gak ngerasa jet lag juga.

  5. Ritme tidur saya sekarang sedang kacau
    Bisa aja tiba tiba ngantuk sesudah salat Magrib
    Atau tiba tiba ga bisa tidur di jam tidur
    Mungkin yang Seperti ini ga akan terpengaruh jet lag ya? πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

    1. bisa jadi ngga mba, tp bisa jadi tetap terpengaruh mba. Kalau yg saya baca di buku Why We Sleep, badan kita secara tidak kita sadari memiliki jam biologis, jadi walau suka tidak menentu bisa jadi ketika ada perubahan ekstrem lingkungan tetap ada efeknyaa

  6. Berapa lama di perjalanannya Kak? Terus selain tidur diisi kegiatan apa kak agar ngaak bosan?

    Soalnya saya penerbangan durasi 3 jam saja sudah bosan dan gelisah.

    1. perjalanan 19-21 jam mas, kalo saya biasanya bekal buku mas, tp kalo lg males baca buku, cari2 film yg seru di TV pesawat hehehe bisa abis 2 film selama perjalanan

  7. Duhh jadi pengen ke Eropa juga nih mba hehe. Semoga bisa terwujud, udah lama juga nih nggak naik pesawat. Semoga after pandemi bisa jalan2 lagi dan bisa ke Eropa tanpa Jet Lag hehe πŸ˜‰ thanks buat info dan tips nya yah Mba Putri πŸ˜‰

  8. Saya sih belum pernah melakukan perjalanan jauh sekali tetapi belajar tidak harus mengalami sendiri, tapi bisa belajar dari pengalaman orang lain. Mungkin saya akan mengikuti saran mbak ikut penerbangan pagi dan sampai disana malam hari sehingga esok hari bisa full keliling destinasi tujuan tanpa hambatan.

  9. Aku belum ernah ada rencana ke Europe jadi emang ngga kepikiran bakalan egitupung jetlag nya. Kupikir jetlag waktu itu ngefek ke ibadah sholat dan puasa ajaa.

    1. wah kalo ke Amerika lebih parah mba bahkan disorientasi waktunya karena beda 12-15 jam. Badan ngerasain siang tp di sana tengah malem dan sebaliknya (tp blm pernah ngerasain juga haha). Kalau kata temanku bisa berhari2 membiasakan dirinyaa

    1. thank you mbaa, semoga bermanfaat hehehe wah lucu sih mba rasanya, bangga bgt bisa tahajud jam 6 pagi, kapan lagi kan di Indonesia mah mustahil jam 6 tahajud hahaha

  10. jetlag ini benar-benar bikin tubuh kita bingung disorientasi waktu yaa mba ternyata, tapi sebenarnya tubuh kita fisiknya lelah walopun rasanya gak lelah yaa hihih

    1. thank you mbaa, semoga manfaat. Aamiin, udah gitu harus nunggu pandemi dulu nih mba semoga cepet kelar yaa kita bisa pergi2 lagi

  11. aku baru paham gimana ngebayangin rasanya jetleg waktu pasangan travel bisnis ke ausie, badan rasanya kaya yang ngambang katanya. aku belum pernah ngalamin sih, hihihi. tapi soal liburan ke eropa, mau dong. apalagi kalo sama pasangan dan anak – anak

  12. Sebelumnya, saya selalu menyangka kalau mau pilih penerbangan ke Eropa itu, pilih yang harga tiketnya paling murah. Ternyata enggak ya?
    Sekarang saya jadi pilih-pilih jam penerbangan deh, supaya saya bisa tiba pada waktu malam dan badan tidak pingsan lantaran harus dipaksa jalan-jalan di siang hari.

    1. oh tetep mba yang paling murah hahaha (tergantung tujuannya juga), tp biasanya utk harga yg sama misal 8.5jt, bisa ada bbrp pilihan waktu penerbangan. Nah dipilihnya di situ mbaa. Semoga bermanfaat ya mbaa

    1. Kalau musim kyknya paling enak musim semi, musim panas, dan musim gugur, karena kita orang tropis yak ga terlalu kuat dingin kalo aku mah haha cuma kalau musim panas itu peak season di Eropa, biaya biasanya jd lebih tinggi. Kalau aku pribadi suka musim gugur krn cuacanya pas ga panas dan ga dingin2 bgt, dan pemandangannya indah dgn warna warni daun musim gugur hehe

  13. hahah subuh nya jam 7 pagi, brati disana masih gelap ya jam 7 itu. noted nih, mungkin saya berkesempatan ke eropa jd baiknya pilih penerbangan tiba disana malam hari y

    1. iya betuul, jam 7 pagi di sana masih gelap. To be noted ini di Oktober awal yaa, beda musim akan beda jam subuh dll juga soalnyaa. Aamiin, semoga bisa berkesempatan ke Eropaa hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *